Jakarta – Badan Antariksa Amerika Serikat (AS) bersama IBM mengembangkan model dasar Artificial Intelligence (AI). Teknologi itu diklaim lebih besar banyak unggul dibandingkan yang dimaksud dimaksud sudah ada sebelumnya.
Model AI itu juga berbeda dengan yang digunakan yang beredar sekarang seperti Graphcast lalu Fourcastnet. IBM mengatakan keduanya adalah emulator AI, yakni prediksi cuaca berdasarkan data yang dimaksud dilatih.
Sementara teknologi buatan NASA lalu IBM untuk memperkuat aplikasi AI generatif. Model AI yang akan digunakan untuk aplikasi cuaca serta iklim, dikutip dari Engadget, Jumat (1/12/2023).
Kedua pihak berharap model AI nya mampu menjangkau tambahan tinggi luas. Selain itu juga memiliki waktu inferensi tambahan cepat juga data yang mana dimaksud beragam kemudian besar.
Tingkat keakuratan perkiraan iklim juga ingin ditingkatkan oleh NASA kemudian juga IBM. Aplikasi model AI itu miliki kemampuan untuk memprediksi fenomena meteorologi, menyimpulkan informasi beresolusi tinggi berdasarkan data dengan resolusi rendah.
Kemampaun lainnya adalah mampu mengidentifikasi kondisi dengan berbagai hal. Mulai dari turbulensi pesawat hingga kebakaran hutan.
Kerja sebanding NASA serta juga IBM ini bukanlah yang tersebut dimaksud pertama. Mei lalu, keduanya juga pernah menghasilkan model dasar lain yang dimaksud mana pada akhirnya diikuti oleh model AI terbaru ini.
Saat itu, model dasar menggunakan data dari satelit NASA. IBM mengklaim kecerdasan geospasial yang digunakan digunakan digunakan terbesar pada sistem digital terbuka Hugging Face.
IBM serta NASA menggunakannya untuk melacak lalu visualisasi aktivitas penyetoran serta pertumbuhan pohon pada dalam Kenya. Dengan model itu diharapkan dapat menyumbangkan lebih banyak lanjut banyak pohon serta mengatasi kelangkaan air.