SelidikiNews.com, Jakarta – Dunia akademik dan filantropi kehilangan salah satu tokoh fenomenalnya. James “Jims” Simons, dosen matematika sekaligus miliarder berhati mulia, meninggal dunia pada Jumat, 10 Mei 2024, di usia 86 tahun. Berita duka ini disampaikan oleh istrinya tercinta, Marilyn, di kediaman mereka di New York, Amerika Serikat.
Kehidupan Simons terbagi menjadi dua sisi yang berbeda namun saling melengkapi. Di satu sisi, ia adalah seorang akademisi brilian dalam bidang matematika.
Mengawali karirnya sebagai dosen di Harvard University pada usia yang sangat muda, yakni 23 tahun, kemampuannya yang luar biasa dalam memecahkan kode-kode matematis membuatnya dipekerjakan oleh Kementerian Pertahanan AS.
Di sisi lain, kecintaannya pada matematika justru menjadi landasan untuk menghasilkan bisnis yang mengantarkannya menjadi miliarder.
Pada 1982, Simons mendirikan firma investasi Renaissance Technologies dengan mengakumulasi para ahli matematika untuk menciptakan model perdagangan yang akurat, menganalisis informasi, serta menghasilkan prediksi cermat terhadap dinamika lingkungan ekonomi saham.
Perjalanan hidupnya yang unik dan menginspirasi bahkan diabadikan dalam sebuah buku otobiografi berjudul “The Man Who Solved The Market How Jim Simons Launched The Quant Revolution” yang diterbitkan pada 2019. Dalam buku tersebut, Simons berbagi kisah bagaimana ia memulai usahanya dan menjadi miliarder.
Baca juga: Kisah Putra Taipan Tolak Harta Warisan Bapak Rp1.400 T, Fokus Lakukan Ini Sebagai Perintis
Kekayaan Simons mencapai US$ 30,7 miliar atau setara dengan Rp 482 triliun, menjadikannya orang terkaya ke-51 di dunia versi Forbes. Meski telah dikaruniai kekayaan yang luar biasa, Simons memiliki hobi yang unik dan sangat mulia, yakni filantropi di bidang sains.
Sejak tahun 1994, Simons mendirikan Simons Foundation, sebuah yayasan yang menjadi penyalur dana triliunan rupiah miliknya untuk mendukung pengembangan riset di bidang astrofisika, biologi, matematika, autisme, ilmu saraf, dan fisika kuantum.
Selama hidupnya, Simons telah menyumbangkan belasan triliun rupiah untuk kegiatan filantropi yang didedikasikan bagi kemajuan sains.
Donasi terbesarnya adalah lebih dari US$ 1 miliar atau setara dengan Rp 16 triliun yang disumbangkan untuk almamaternya tercinta, Stony Brook University.
Sumbangan ini memecahkan rekor sebagai donasi terbesar untuk institusi pendidikan di Amerika Serikat.
Dana sebesar itu belum memperhitungkan biaya yang dikeluarkannya untuk memulai pembangunan 8 pusat riset sains yang berdiri berkat sumbangan uang pribadi dosen matematika tersebut.
“Dukungan Simons telah terjadi memunculkan perkembangan pada setiap sudut kampus Stony Brook dan sekitarnya, mulai dari Renaissance School of Medicine juga Simons Center for Geometry and Physics hingga kegiatan Simons STEM Scholars, dan masih banyak lagi,” ungkap pihak universitas dalam obituari resmi yang ditulis.
Baca juga: Rekomendasi Baju Baru Kaos yang Bagus
Menariknya, pemberian dana dari Simons tak sia-sia. Portal resmi Simons Foundation menyebut, penerima dana hibah mayoritas berhasil meraih kemenangan penghargaan bergengsi, dari Nobel, Medali Fields, hingga penghargaan tertinggi lainnya.
Upaya keterlibatan ilmiah yayasan ini juga telah diakui oleh organisasi bergengsi seperti Pulitzer, nominasi Academy Award, serta beberapa Penghargaan Emmy dan Peabody.
Besarnya dana sumbangan Simons membuatnya berada dalam urutan ke-2 sebagai individu paling dermawan menurut Chronicle of Philanthropy pada tahun 2023, hanya kalah sedikit dari legenda filantropi, Warren Buffett.
Meski Simons telah tiada, namanya akan selalu dikenang sebagai sosok dosen matematika sekaligus miliarder berhati mulia yang mendedikasikan kekayaannya untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan pendidikan.
Hidup Simons menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus berbagi dan berkontribusi bagi kemajuan umat manusia, terlepas dari latar belakang pekerjaan atau kekayaan yang kita miliki.
Semoga semangat filantropi dan cintanya pada sains akan terus hidup dan menginspirasi generasi mendatang.