Jakarta – Harga gula pasir dalam DKI Jakarta terpantau naik. Saat ini nilai tukar gula pasir pada Pasar Jaya Gondangdia, Jakarta Pusat sudah mencapai Rp17.000 per kilogram (kg).
Pedagang di tempat tempat Pasar Jaya Gondangdia, Iis (52 tahun) mengatakan, biaya gula pasir sudah naik sejak sebulan lalu. Hari ini, Kamis (23/11/2023) nilai gula di dalam tempat kios miliknya sudah naik ke Rp17.000 per kg. Naik RP2.000 dari tarif sebulan lalu yang digunakan dimaksud masih pada Rp15.000 per kg
“Gula Rp17.000 (per kemasan 1 kg), ini sudah naik dari sebulan yang digunakan dimaksud lalu. Sebelumnya aku jual Rp15.000 (per kg), kan modalnya Rp13.500, lah sekarang modalnya sudah Rp15.700 makanya saya jual Rp17.000 (per kg),” ujarnya saat ditemui CNBC Indonesia.
Iis mengatakan, kenaikan nilai pada gula hal itu kadang mendapatkan mengecam dari pembeli, namun ada sebagian pembeli yang digunakan juga memaklumi akan kondisi tersebut.
“Ada sebagian membantah ‘kok mahal?’, tapi paling yang hal tersebut membantah itu menengah ke bawah lah. Kalau yang digunakan mana berduit mah nggak pernah komplain, langsung beli aja biasanya,” kata Iis.
Hal senada disampaikan penjual lain di area area Pasar Jaya Gondangdia, Syamsudin (69 tahun) yang pada saat ini sudah jual gula pada dalam nilai tukar jual Rp17.000 per kg.
“Saya beli sudah Rp15.500, kalau jualnya saya nggak nentu, kan jual Rp17.000 tapi suka ada langganan yang tersebut dimaksud menentang kemahalan, akhirnya akibat langganan saya jadi jual Rp16.000 (per kg). Yah kita mah dagang mau cari lebihnya, tapi kalau kemahalan juga orang pada nggak mau,” ucap Syamsudin.
“Hari ini paling saya jual Rp17.000 aja orang udah pada mengecam ‘mahal amat’ makanya dikurangin. Ya habis gimana? Orang banyak yang tersebut mana nggak mau. Kalau langganan setiap hari mah gimana kalau kita nggak kurangin, biar jaga pelanggan aja lah,” tuturnya.
Foto: Harga gula pasir dalam DKI Jakarta terpantau naik. (CNBC Indonesia/Martya Sari) Harga gula pasir pada area DKI Jakarta terpantau naik. (CNBC Indonesia/Martya Sari) |
Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Produsen Gula Indonesia (Gapgindo) Syukur Iwantoro mengungkapkan penyebab nilai tukar gula melambung tinggi. Menurutnya, hal itu disebabkan oleh produksi dalam negeri yang dimaksud lebih banyak besar rendah dibandingkan dengan tahun 2022 lalu, akibat dampak dari musim kering ekstrem.
Syukur memprediksi konsumsi gula di tempat area tahun ini ada kenaikan, terutama pada perkotaan sebab adanya perubahan gaya hidup. Selain itu, di area tempat kuartal I-2024 ada perayaan keagamaan yang dimaksud digunakan menurutnya juga dapat semata mendongkrak kebutuhan gula secara signifikan.
“Di kuartal pertama tahun depan ada event-event penting yang dimaksud mana mampu jadi mendongkrak kebutuhan gula secara signifikan, yaitu Natal di dalam dalam Desember, tahun baru pada Januari, imlek serta pilpres di dalam tempat bulan Februari, puasa pada bulan Maret, kemudian lebaran di tempat area bulan April,” ujarnya.
Sementara itu Ketersediaan gula dalam area pasar global, kata Syukur, belum ada tanda-tanda perbaikan. Menurutnya, kalau ketersediaan tidaklah dikelola dengan baik, maka kenaikan biaya gula akan sulit terkendali.
“Untuk mengantisipasinya, harus ada sinergi yang tersebut kuat antara produsen, baik swasta maupun BUMN, distributor serta pengecer, serta Pemerintah selaku pemegang kebijakan,” pungkas Syukur.