SelidikiNews.com, Jakarta – Seorang karyawan di sebuah perusahaan keuangan multinasional di Hong Kong menjadi korban penipuan dengan jumlah kerugian mencapai US$ 25,6 juta atau sekitar Rp 393 miliar.
Tindakan penipuan ini melibatkan penggunaan teknologi deepfake, yang semakin marak seiring dengan perkembangan sistem kecerdasan buatan (AI). Deepfake merupakan teknik untuk memodifikasi atau menciptakan konten visual, baik berupa foto maupun video, dengan bantuan AI.
Hasil dari penggunaan tool deepfake dapat menyerupai aslinya dengan sangat realistis, sulit dibedakan dari yang sebenarnya. Bahkan di Indonesia, Presiden Joko Widodo pernah menjadi korban deepfake.
Sebuah video yang menampilkan Jokowi berpidato dalam bahasa Mandarin sempat tersebar luas di internet dan menimbulkan kontroversi, padahal sebenarnya video tersebut adalah hasil deepfake.
Kembali pada kasus penggelapan yang merugikan karyawan perusahaan keuangan, modus penipuan dilakukan dengan menggunakan deepfake yang menyamar sebagai CFO perusahaan.
Kepolisian Hong Kong mengungkapkan bahwa si pelaku yang menyamar sebagai CFO palsu melakukan panggilan video konferensi. Korban yang terlibat dalam panggilan video tersebut melihat adanya banyak karyawan lain yang juga ikut bergabung dalam konferensi tersebut.
“Terungkap bahwa semua orang dalam panggilan video itu adalah palsu,” kata Baron Cahn Shun-ching, seorang anggota kepolisian Hong Kong.
Sebelum terlibat dalam panggilan video tersebut, korban menerima sebuah email yang seolah-olah berasal dari CFO perusahaan cabang di Inggris. Dalam email tersebut, disebutkan bahwa perusahaan cabang di Hong Kong perlu melakukan transaksi rahasia.
Meskipun awalnya korban merasa curiga bahwa ini mungkin merupakan upaya phishing, namun setelah melihat adanya karyawan lain yang hadir dalam panggilan video tersebut, ia yakin bahwa email tersebut benar adanya.
Akhirnya, korban setuju untuk mentransfer dana sebesar HKD 200 juta atau sekitar US$ 25,6 juta, ungkap petugas kepolisian.
Kasus ini bukanlah yang pertama kali terjadi, di mana penipuan menggunakan deepfake untuk mengelabui korban. Kepolisian Hong Kong telah melakukan 6 penangkapan terkait dengan penyalahgunaan modus serupa ini.