Jakarta – Nyamuk pembawa malaria rupanya menjadi ancaman terbesar bagi beberapa spesies burung menuju kepunahan. Salah satu korbannya adalah ‘Akikiki (Oreomystis bairdi), burung kecil berwarna abu-abu asli Hawaii, yang mana dimaksud mulai langka.
Menurut Departemen Pertanahan serta Sumber Daya Alam negara bagian tersebut, spesies ini dapat cuma punah dalam beberapa bulan. sebab itu semata-mata lima ekor yang digunakan mana diperkirakan masih tersisa di dalam tempat alam liar saat ini.
“Populasi pada dasarnya sudah pernah terjadi merosot selama 15 hingga 20 tahun terakhir seiring dengan perubahan iklim juga jumlah total total nyamuk yang dimaksud yang semakin banyak,” kata Hannah Bailey, manajer perawatan satwa liar Program Konservasi Burung Hutan yang digunakan mana Terancam Punah Hawaii untuk Aliansi Margasatwa Kebun Binatang San Diego dikutip dari CNN International, Sabtu (25/11/2023).
Karena tak adanya ketahanan terhadap penyakit yang digunakan digunakan dibawa oleh nyamuk, burung-burung yang disebut menjadi korban penyakit malaria burung, yang dimaksud dimaksud “hampir selalu berakibat fatal bagi sebagian besar burung pemakan madu dewasa,” jelasnya.
Dengan populasi yang mana berada pada titik terendah sepanjang masa, para pegiat konservasi seperti Bailey, bersama dengan Proyek Pemulihan Burung Hutan Kauaʻi serta Departemen Pertanahan serta Sumber Daya Alam, meningkatkan upaya untuk menyelamatkan spesies ini dari kepunahan dengan membangun populasi asuransi di area area pusat-pusat konservasi burung di tempat tempat Pulau Kauaʻi lalu Maui.
“Misi kami adalah menyediakan tempat berlindung yang tersebut yang aman bagi populasi spesies yang tersebut mana berada dalam bahaya, sehingga ketika lingkungannya tepat bagi merekan untuk bertahan hidup dalam jangka panjang, kami dapat melepaskan merek kembali,” katanya.
Foto: Akikiki, burung kecil berwarna abu-abu asli Hawaii. (Tangkapan Layar Video CNN Internasional) Akikiki, burung kecil berwarna abu-abu asli Hawaii. (Tangkapan Layar Video CNN Internasional) |
Mencari telur
Baru-baru ini tim sudah beralih dari upaya menangkap segelintir burung yang tersebut mana tersisa lalu juga membawanya ke tempat aman. Mereka fokus sepenuhnya pada pengumpulan telur yang digunakan yang belum menetas.
Setiap musim bersarang, tim menuju ke dataran tinggi pegunungan Kauaʻi dan, mengetahui dalam mana sarang sebelumnya terlihat, mencari di tempat dalam puncak pohon ʻŌhiʻa menggunakan kamera yang digunakan itu dipasang di dalam tempat tiang panjang. Ketika menemukan sarang yang dimaksud mana ditempati, merek memasang sistem tangga, terkadang memanjat setinggi 48 kaki (14 meter) untuk mencapainya.
Musim panas ini, tim berhasil menyelamatkan 10 telur yang digunakan dimaksud ditempatkan pada dalam inkubator portabel serta dibawa kembali dengan selamat ke Pusat Konservasi Burung Keauhou. Di sana, telur-telur yang tersebut digunakan dikumpulkan terus tumbuh serta berkembang, serta setiap tukik yang mana digunakan berhasil akan bergabung dengan sekitar 50 ‘akikiki lainnya dalam perawatan manusia.
sekaligus melindungi merek itu dari nyamuk, juga interaksi dengan manusia sangat dibatasi sehingga burung-burung hal hal itu dapat mempertahankan perilaku alaminya.
Tujuannya, setelah ancaman penyakit avian malaria teratasi, burung-burung hal yang sanggup dilepasliarkan kembali ke habitat aslinya.
“(Ini) kesempatan terbaik untuk bertahan hidup juga membesarkan anak-anak ayam ini, semoga akan memberi kita generasi ‘akikiki berikutnya,” pungkasnya.