SelidikiNews.com, Jakarta – Mata uang digital bank sentral (central bank digital currencies/CBDC) mampu menggantikan uang tunai, terutama dalam negara kepulauan atau negara dengan tingkat inklusi finansial rendah.
Managing Director IMF Kristalina Georgieva mengatakan CBDC, yaitu mata uang digital yang digunakan hal tersebut dirilis menggunakan teknologi serupa dengan mata uang kripto dan bitcoin, dapat menjadi solusi mahalnya distribusi uang tunai.
“CBDC bisa menggantikan uang tunai yang mana mana butuh biaya besar untuk didistribusikan di area area perekonomian kepulauan. Mereka juga dapat menciptakan ketahanan dalam area kegiatan ekonomi maju. Kemudian, juga membantu meningkatkan inklusi finansial pada dalam perekonomian yang digunakan warganya belum banyak mempunyai rekening bank,” katanya pada dalam Singapore Fintech Festival, dikutip dari CNBC International, Kamis (16/11/2023).
CBDC bukan mata uang alternatif dari mata uang yang digunakan digunakan diakui oleh sebuah negara seperti mata uang kripto atau bitcoin, melainkan adalah uang fiat dalam bentuk digital. Karena CBDC dibangun di dalam dalam atas teknologi blockchain, bank sentral mampu jadi melakukan pembayaran langsung ke tiap individu.
“CBDC menawarkan alternatif yang tambahan aman lalu tak mahal [dari uang tunai]. Mereka juga mampu menjembatani berbagai mata uang sekaligus membandingkan perbandingan nilai mereka, seperti halnya uang tunai yang digunakan mampu jadi kita tarik pada dalam bank,” kata Georgieva.
IMF pernah mengungkapkan bahwa saat ini 60 persen dari negara di area dalam seluruh dunia, atau lebih banyak lanjut dari 100 negara, sedang mengkaji penyelenggaraan CBDC.
Menurut survei BIS, 93 persen dari 86 bank sentral yang mana yang disurvei pada 2022 menyatakan sedang mengkaji penyelenggaraan CBDC. Sekitar 58 persen dari 86 bank sentral hal yang bahkan percaya dapat jadi merilis CBDC dalam jangka pendek hingga menengah.
Data Atlantic Council menyatakan saat ini sudah ada 11 negara yang tersebut hal itu mengadopsi CBDC, 53 negara sudah ditahap pengembangan tingkat lanjut, juga 46 negara dalam tahap penelitian.
Fungsi CBDC
Beberapa negara yang digunakan yang disebut sudah pernah merilis CBDC ke tingkat konsumen adalah Bahama, Jamaika, lalu Nigeria.
Bank sentral Singapura (Monetary Authority of Singapore) pernah menyatakan uang tunai pada dasarnya “tidak sesuai” dengan sektor ekonomi digital. Pada 2021, MAS memperkirakan permintaan atas uang tunai calon terus merosot.
Bank Indonesia juga sudah merilis buku panduan pengembangan CBDC di Indonesia, yang mana mana disebut sebagai rupiah digital.
Menurut BIS, penyelenggaraan CBDC untuk pembayaran lintas batas negara akan menekan biaya membeli, menyimpan, juga membelanjakan mata uang asing.
Georgieva menambahkan kemungkinan pengaplikasian kecerdasan buatan (AI) bersama CBDC untuk menghasilkan skor kredit yang mana dimaksud sangat akurat hingga pemberian bantuan finansial sesuai kebutuhan tiap individu.
“Ini isa mengembangkan inklusi finansial dengan menyediakan skor kredit yang akurat dengan cepat berdasarkan beragam data. Juga mampu menyediakan dukungan yang dimaksud dipersonalisasi untuk warga dengan tingkat literasi finansial yang tersebut yang disebut rendah,” kata Georgieva. “Tentunya kita juga harus melindungi data pribadi juga menjamin keamanan data, serta menghindari bias.”