SelidikiNews.com, Jakarta – Sebuah fenomena langit yang langka dan tidak biasa terjadi menjelang bulan Ramadhan.
Pada saat itu, langit disinari oleh cahaya misterius yang menarik perhatian para peneliti dari Eropa hingga China.
Seorang ilmuwan Muslim bernama Ali Ibn Ridwan, mencatat pengamatannya tentang “ledakan cahaya bintang” yang terjadi lebih dari 1.000 tahun yang lalu.
Ridwan, seorang pemuda Mesir berusia 18 tahun, membuat catatan yang sangat detail tentang fenomena ini. Bahkan, para astronom modern menggunakan catatan Ridwan untuk menganalisis Supernova 1006.
Ridwan, yang juga dikenal sebagai dokter dan astronom yang rajin menulis, mulai tertarik pada dunia astrologi dan astronomi sejak usia muda.
Pada tahun 1006, Ridwan baru saja memulai sekolah kedokterannya. Namun, minatnya terhadap astrologi dan astronomi telah ada sejak lama.
Baca juga: NASA Bisa Tahu 30 Menit Sebelum Bumi Kiamat, Ternyata Begini Caranya
Ridwan menggambarkan Supernova 1006 sebagai “bintang baru.” Menurut catatannya, supernova ini mulai terlihat dari Bumi pada tanggal 17 Syaban 396 H atau 30 April 1006 M.
Cahayanya terlihat sepanjang musim panas, namun pada pertengahan Agustus, posisinya sudah terlalu dekat dengan Matahari dan hanya bisa diamati sekali pada siang hari, sehingga sulit terlihat.
Catatan Ridwan tentang supernova ini ditulis dalam bukunya yang mengomentari Tetrabiblos karya Ptolemy.
“Saya akan menggambarkan sebuah kejadian yang saya saksikan pada awal masa studi saya. Fenomena ini muncul di rasi bintang Scorpio, berlawanan dengan Matahari. Pada saat itu, Matahari berada 15 derajat dari Taurus dan fenomena berada 15 derajat dari Scorpio. Fenomena ini berbentuk lingkaran besar, sekitar 2,5 hingga 3 kali lebih besar dari Venus,” ujarnya.
Baca juga: Tanda Baru Kiamat Bumi Muncul dari Samudra Atlantik, Lihat ini!
Ridwan mengatakan bahwa langit bersinar terang karena cahaya supernova tersebut, dengan intensitas cahaya sebanding dengan seperempat cahaya Bulan.
Posisinya bergerak setiap hari sejalan dengan rasi bintangnya hingga Matahari berada di tempat sekstil (60 derajat) dengannya di Virgo.
“Pada saat itu, fenomena tersebut tiba-tiba menghilang.”
Ridwan juga mencatat posisi Matahari, Bulan, dan planet-planet dengan detail, termasuk posisi mereka dalam derajat dan menit pada setiap sektor rasi bintang saat supernova pertama kali muncul.
Catatan detail ini membantu para astronom modern untuk menentukan kapan SN 1006 muncul dan lokasinya dalam langit.
Ilmuwan modern baru menamai fenomena yang Ridwan saksikan sebagai supernova ribuan tahun setelah kematiannya.
Supernova adalah ledakan besar yang menandai akhir dari sebuah bintang.
Selain Ridwan, kejadian supernova 1006 juga dicatat oleh pengamat lain dari berbagai belahan dunia.
Seorang biarawan di Swiss mencatat bahwa fenomena tersebut kadang-kadang tampak memudar dan kadang-kadang menghilang.