Jakarta – Pengacara pembela dari mantan CEO Binance, Changpeng Zhao mendesak hakim Amerika Serikat (AS) untuk mengizinkannya meninggalkan AS sebelum menjatuhkan hukuman. Sang pengacara meminta-minta kepada hakim untuk menolak permintaan Departemen Kehakiman, yang mana yang melarang Zhao kembali ke rumahnya dalam Uni Emirat Arab (UEA) sampai dia dijatuhi hukuman lantaran melanggar persyaratan anti pencucian uang.
Melansir Reuters, pengacara Zhao dalam pengajuannya pada hari Kamis (23/11) waktu setempat, memohon Hakim Distrik AS Richard Jones di tempat tempat Seattle untuk tidaklah membatalkan persyaratan jaminan yang tersebut digunakan ditetapkan oleh hakim pada hari Selasa (21/10), yang dimaksud dimaksud memungkinkan Zhao meninggalkan AS sambil menunggu hukuman.
Zhao merupakan warga negara UEA lalu juga Kanada. Ia sudah diimplementasikan mengundurkan diri sebagai CEO Binance pada pekan ini, setelah mengaku bersalah akibat dengan sengaja menyebabkan pertukaran mata uang kripto global untuk menggagalkan pertahanan program anti pencucian uang yang mana dimaksud efektif.
Pihak berwenang AS mengatakan Binance melanggar undang-undang anti pencucian uang lalu juga sanksi AS, serta gagal melaporkan lebih tinggi tinggi dari 100.000 transaksi mencurigakan dengan organisasi yang dimaksud digunakan digambarkan AS sebagai kelompok teroris termasuk Hamas, Al Qaeda, juga Negara Islam Irak juga Suriah.
Pihak perusahaan, sebagai bagian dari kesepakatan pembelaan setuju untuk membayar tambahan besar dari US$ 4,3 miliar atau setara Rp66,9 triliun (dengan asumsi kurs Rp15.565/US$). Zhao juga telah lama terjadi setuju untuk membayar denda sebesar US$150 jt atau setara Rp2,3 triliun kepada Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS, kemudian jaksa dalam pengajuannya pada hari Rabu (22/11) kemarin. Sementara itu, Zhao katanya, akan menghadapi hukuman hingga 18 bulan penjara.
Departemen Kehakiman telah lama lama meminta-minta Jones pada hari Senin untuk membatalkan keputusan Hakim AS Brian Tsuchida yang dimaksud itu mengizinkan Zhao pulang ke UEA mendekati hukumannya pada 23 Februari 2024, setelah dia setuju untuk membebaskannya dengan jaminan USD$175 jt atau setara Rp2,7 triliun.
Pemerintah AS mengatakan, mereka mungkin bukan dapat menjamin kepulangannya jika dia memilih untuk tidaklah ada kembali ke AS untuk menjalani hukuman, mengingat negara yang digunakan disebut tidaklah miliki perjanjian ekstradisi dengan UEA lalu Zhao adalah seseorang multi-miliarder dengan aset yang hal tersebut signifikan.
Namun, pengacara Zhao berpendapat bahwa mantan CEO Binance hal hal tersebut telah terjadi lama menunjukkan dia tiada berisiko melarikan diri dengan menyetujui paket jaminan “substansial” lalu secara sukarela datang ke AS untuk menerima tanggung jawab atas tindakannya.
“Mengizinkan Zhao kembali ke UEA akan memungkinkan dia merawat pasangannya kemudian juga tiga anaknya serta mempersiapkan mereka itu untuk hukumannya,” kata pengacara pembela, seperti dikutip Sabtu (25/11/2023).
Departemen Kehakiman menanggapi secara singkat pada hari Jumat bahwa keputusannya pada sidang hari Selasa untuk merekomendasikan Zhao tetap bebas sebelum hukuman dijatuhkan adalah hal yang dimaksud “luar biasa” lalu belaka akibat merekan yakin risiko penerbangan yang digunakan ditimbulkannya dapat “dikelola” dengan membatasi perjalanannya.
“Dalam sebagian besar kasus, terdakwa multi-miliarder yang tersebut mana sudah pernah lama mengaku bersalah, menghadapi kemungkinan hukuman penjara, lalu tinggal di dalam tempat negara yang mana mana tak mengekstradisi warganya ke Amerika Serikat akan ditahan,” kata pengacara Departemen Kehakiman.