Jakarta – Warga lanjut usia di dalam area Amerika Serikat (AS) banyak yang dimaksud menjadi korban kecurangan AI. Para orang tua itu bahkan mengalami kerugian sebesar US$1,6 miliar (Rp 24,6 triliun) akibat kecurangan tersebut sepanjang tahun 2022.
Menurut Komisi Perdagangan Federal (FTC), banyak kecurangan yang memanfaatkan teknologi AI untuk mengkloning pengumuman orang yang digunakan hal itu dikenal oleh korban.
Senator Elizabeth Warren mengatakan hitungan total kerugian merupakan perkiraan yang mana hal itu terlalu rendah, “karena tidaklah memperhitungkan total korban yang mana dimaksud tiada melaporkan pembohongan dikarenakan merasa malu”.
Maraknya penggelapan dengan memanfaatkan teknologi AI disebabkan longgarnya kebijakan yang dimaksud mengatur penerapan teknologi tersebut. Kasus kecurangan ini memacu anggota parlemen AS untuk mempercepat pengesahan Undang-Undang yang mana dimaksud mengatur AI lalu teknologi canggih lainnya.
“Setiap konsumen, tak peduli usia, jenis kelamin, atau latar belakang mereka, dapat menjadi korban kecurangan yang tersebut mana sangat meyakinkan ini. Kisah-kisah yang tersebut itu kami dengar hari ini dari individu-individu dalam seluruh negeri sungguh memilukan,” katanya, dikutip dari Fox News, Selasa (21/11/2023).
“Sebagai orang tua kemudian juga kakek-nenek, saya memahami ketakutan lalu kegelisahan yang mana dirasakan para korban ini,” imbuhnya.
10 kategori penggelapan teratas yang dibagikan selama sidang komite adalah peniruan identitas serta penyalahgunaan finansial, robocall, penyalahgunaan komputer, catfishing pada aplikasi kencan, pencurian identitas, kemudian lain-lain.
Penipuan yang dimaksud mana paling menonjol menggunakan teknologi AI adalah dengan meniru pendapat orang yang digunakan dimaksud kemudian menelepon korban, anggota keluarga, atau orang yang mana mana dicintainya untuk memohon uang.
Beberapa kesaksian dalam persidangan menyebutkan bahwa merek menerima telepon yang tersebut mana terdengar persis seperti orang yang tersebut merekan cintai sedang dalam bahaya, terluka, atau sedang disandera.
Salah satu pasangan kakek nenek yang tersebut mana ditampilkan dalam video kesaksian di area area persidangan, menerima telepon dari orang yang mana digunakan merek pikir adalah putri mereka. Dia terdengar tertekan serta memohonkan bantuan.
“Putriku menangis dalam dalam telepon, menangis tersedu-sedu juga berkata, ‘ibu, ibu, ibu,’ kemudian tentu belaka istriku berkata, ‘LeAnn, LeAnn, ada apa?’, kemudian juga dia mengulanginya lagi , ‘ibu, ibu, ibu’ juga suaranya persis seperti dia,” kata Terry Holtzapple, salah satu korban.
Gary Schildhorn, manusia pengacara yang digunakan berbasis di area tempat Philadelphia serta korban lain dari pembohongan kloning pengumuman AI, juga bersaksi pada persidangan. Dia hampir mengirimkan US$9.000 kepada penipu itu sampai dia mengonfirmasi kepada menantu perempuannya bahwa itu adalah upaya pemerasan.
Penipu yang tersebut itu menyamar sebagai pengacara menelepon Schildhorn memohonkan dana untuk menyelamatkan putranya dari penjara lantaran menyebabkan kecelakaan mobil juga gagal dalam tes breathalyzer.
Tahir Ekin, PhD, direktur Pusat Analisis kemudian Ilmu Data Negara Bagian Texas, yang digunakan hadir pada sidang tersebut, bersaksi bahwa strategi peniruan identitas yang mana dimaksud disengaja ini akan menghasilkan kepercayaan kemudian daya tarik emosional mereka.
“Memprioritaskan peningkatan data lalu literasi AI pada kalangan lansia Amerika, lalu secara terlibat melibatkan mereka dalam upaya pencegahan kemudian deteksi, merupakan hal yang tersebut hal tersebut penting,” ujarnya.