Jakarta – Raksasa chip AI selama Amerika Serikat (AS), Nvidia, kemungkinan akan melaporkan kinerja perusahaan dengan pertumbuhan positif pada Selasa (21/11) waktu setempat.
Namun, pertanyaan besarnya adalah bagaimana Nvidia akan mempertahankan kinerja yang mana dalam tengah kebijakan pemerintah AS untuk memblokir pengiriman chip ke China.
“Nvidia miliki dominasi pasar secara total. Namun, apa pun yang mana mempengaruhi persepsi tersebut, apakah itu dikarenakan kinerja perusahaan atau dikarenakan risiko terhadap pasar tertentu, akan mengurangi antusiasme pasar,” ujar analis Capital.com Kyle Rodda, dikutip dari Reuters, Selasa (21/11/2023).
Pemerintahan Joe Biden bulan lalu mulai melarang transaksi jual beli chip H800 lalu A800 ke China yang dimaksud digunakan dibuat Nvidia, setelah sebelumnya membatasi ekspor ke negara tersebut. Padahal, China adalah pasar terbesar ketiga bagi perusahaan lalu menyumbang lebih tinggi besar dari seperlima pendapatannya.
Nvidia mengatakan merek tidaklah ada memperkirakan dampak apa pun dari pembatasan itu dalam waktu dekat. Namun, sahamnya mencapai titik terendah pada bulan Oktober setelah laporan Wall Street Journal melaporkan bahwa pesanan China senilai US$5 miliar berada dalam kondisi ‘bahaya’.
Awal tahun ini, Nvidia menjadi perusahaan chip pertama yang bernilai triliunan dolar. Namun, saham Nvidia turun lebih tinggi lanjut dari 12% antara Agustus juga Oktober. Hal ini menandakan investor makin sulit untuk terkesan seiring meningkatnya kegelisahan terhadap China.