SelidikiNews.com, Jakarta – Majelis Umum PBB telah mengeluarkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata demi kemanusiaan yang segera, tahan lama, dan berkelanjutan antara Israel dan Hamas. PBB juga mendesak agar bantuan kemanusiaan dapat diakses tanpa hambatan ke Jalur Gaza yang terkepung.
Meskipun resolusi ini tidak menyebutkan nama Hamas secara eksplisit, resolusi tersebut mengajukan permintaan untuk “pembebasan segera dan tanpa syarat” semua warga sipil yang ditawan secara ilegal dan mengecam serangan terhadap warga sipil Palestina dan Israel.
Keputusan ini disetujui dengan dukungan dari 120 negara, sementara 45 negara memilih untuk abstain, dan 14 negara, termasuk Israel dan Amerika Serikat, memberikan suara menentang.
Meskipun resolusi ini tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat, itu mencerminkan pandangan bersama PBB terkait situasi di Timur Tengah. Hal ini juga menunjukkan bahwa ada tekanan internasional terhadap Israel dalam operasi daratnya.
Baca juga: Puluhan Pedagang Jalan Stasiun Bojonggede Bakal Dibongkar
Upaya untuk menuntut pembebasan sandera segera mendapat dukungan dari 88 negara, tetapi tidak mencapai dua pertiga mayoritas yang diperlukan, terutama karena penolakan AS dan Israel.
Resolusi ini adalah langkah pertama PBB dalam mengeluarkan pandangan bersama terkait krisis di Timur Tengah setelah beberapa upaya sebelumnya di Dewan Keamanan PBB mengalami kegagalan akibat veto dari Rusia atau Amerika Serikat.
Berikut daftar 120 negara yang tersebut digunakan setuju gencatan senjata Israel-Hamas:

Majelis Umum PBB MENGADOPSI resolusi tentang “perlindungan warga sipil dan penegakan kewajiban hukum dan kemanusiaan” dalam krisis Gaza. (X/UN)
11 Fakta Baru Perang Israel di Gaza
Selama 20 hari terakhir, perang antara Israel dan Gaza, Palestina, belum juga mereda. Wilayah Gaza terus mengalami kerusakan parah, dengan serangan udara Israel yang belum juga berakhir. Bahkan, Israel telah memulai serangan darat dengan melibatkan tank-tank militer mereka.
7.000 Orang Meninggal: Korban Perang di Gaza
Kementerian Kesehatan Palestina telah mengumumkan jumlah korban terbaru akibat konflik di Gaza. Menurut laporan dari Reuters, setidaknya 7.028 warga Palestina telah kehilangan nyawa mereka dalam serangan Israel di Gaza sejak tanggal 7 Oktober. Angka ini mencakup 2.913 anak-anak yang menjadi korban.
Sementara itu, militer Israel juga mengeluarkan data terkait korban jiwa. Sebanyak 1.405 orang telah tewas selama perang berkecamuk dari tanggal 7 hingga 26 Oktober, termasuk 308 anggota militer Israel dan 58 anggota kepolisian. Konflik berkepanjangan ini telah menelan banyak korban jiwa, terutama di antara warga sipil.
Bantuan Kemanusiaan Melalui Truk
Sementara itu, Perhimpunan Bulan Sabit Merah Palestina telah melaporkan penerimaan 12 truk bantuan di perbatasan Rafah yang dikirim oleh Bulan Sabit Merah Mesir.
Truk-truk tersebut membawa persediaan berupa makanan, obat-obatan, dan perlengkapan medis yang sangat dibutuhkan.
Melalui akun resmi mereka di media sosial, @PalestinaRCS mengonfirmasi penerimaan bantuan tersebut, yang meliputi air, makanan, obat-obatan, dan perlengkapan medis.
Hingga saat ini, sebanyak 74 truk bantuan telah diizinkan memasuki Jalur Gaza sejak konflik dimulai. Namun, sayangnya, bahan bakar belum diizinkan untuk masuk ke wilayah tersebut, meningkatkan kesulitan yang dihadapi penduduk Gaza dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Benjamin Netanyahu Dikecam
Perdana Menteri Israel, saat ini sedang menghadapi kritik di dalam negeri terkait penanganan krisis yang muncul pasca serangan oleh kelompok Hamas Palestina pada 7 Oktober.
Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, telah mengeluarkan kritik terhadap pemerintahannya. Lapid menolak bergabung dengan “kabinet perang” yang dibentuk oleh Netanyahu dan memberikan beberapa rekomendasi kepada pemerintah.
Rekomendasi tersebut mencakup perbaikan perawatan bagi warga yang dievakuasi, peningkatan perlindungan finansial bagi pasukan cadangan, dan penutupan delapan kementerian yang dianggapnya tidak berguna.
Kritik ini menyoroti ketidakpuasan di dalam negeri terhadap respons pemerintah terhadap konflik tersebut.
Seperempat Wilayah Gaza Hancur
Hingga saat ini, pasukan Israel telah merusak sekitar 200.000 unit rumah di Gaza, baik sebagian maupun sepenuhnya, sejak 7 Oktober. Hal ini berarti lebih dari 25% dari wilayah yang dihuni di Gaza telah mengalami kerusakan serius.
Data ini diungkapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Mohammad Ziyara, yang mengecam tindakan ini sebagai “kriminalitas penjajah dalam agresi yang belum pernah terjadi sebelumnya.” Dalam pernyataannya, dia menjelaskan bahwa pemboman yang dilakukan oleh Israel telah menghapus sejumlah besar keluarga dari catatan sipil.
Selain merusak rumah-rumah, konflik ini juga mengakibatkan kerusakan pada lingkungan dan pemukiman warga beserta penghuninya. Fasilitas penting seperti rumah sakit, tempat ibadah, toko roti, stasiun pengisian air, pasar, sekolah, dan lembaga pendidikan serta pelayanan lainnya juga mengalami kerusakan serius akibat konflik ini.
Truk Es Krim di Gaza Jadi Tempat Jenazah
Dengan sumber daya yang terbatas, para dokter di Gaza menggunakan truk es krim untuk mengawetkan jenazah dalam jumlah besar. Dr. Yasser Ali, seorang dokter di rumah sakit al-Shifa di Kota Gaza, memperlihatkan mayat-mayat yang terbungkus dalam kain kafan putih dengan nama mereka ditulis menggunakan spidol biru ketika pintu truk es krim dibuka.
“Kami membawa truk es krim dari pabrik es krim untuk mengawetkan sejumlah besar jenazah yang diterima rumah sakit setiap hari,” ujar Ali seperti yang dikutip oleh Al Jazeera.
“Bahkan dengan freezer ini, jumlah jenazah melebihi kapasitas. Selain itu, 20-30 jenazah ditempatkan di tenda di luar setiap hari.”
Dengan tingginya jumlah korban akibat serangan Israel yang tak hentinya, kamar mayat di seluruh Gaza sudah tidak mampu lagi menampung dan mengidentifikasi jenazah. Petugas pemakaman juga mengalami kesulitan dalam proses penguburan.
“Begitu banyak mayat yang bertumpuk di dalam truk-truk ini. Ini jenazah tak dikenal,” kata Ali. “Mereka telah mengalami mutilasi sehingga sulit untuk mengenali siapa mereka. Kita harus memastikan mereka diubur dengan layak.”
Krisis kemanusiaan yang sangat mendesak terjadi di Jalur Gaza. Daerah ini sedang menghadapi bencana yang luar biasa. Jika perang terus berlanjut, proses pemakaman jenazah akan semakin sulit dilaksanakan.
Presiden Brazil Sebut Peristiwa ini sebagai Genosida
Presiden Brazil, Lula da Silva, menggambarkan eskalasi konflik di Gaza sebagai “genosida” dan bukan sebagai perang. Menurutnya, kejadian ini telah mengakibatkan kematian ribuan anak.
Lula menyampaikan, “Apa yang terjadi saat ini di Timur Tengah sangatlah serius. Ini bukan soal membahas siapa yang benar dan siapa yang salah. Yang jelas, ini bukan perang, melainkan sebuah genosida yang telah merenggut nyawa 2.000 anak yang tak ada hubungannya dengan konflik ini namun menjadi korban.”
Warga Kibbutz Israel Protes Pemerintah
Beberapa puluh warga Kibbutz Kfar Aza, Israel, mengadakan unjuk rasa di Tel Aviv. Mereka menuntut pembebasan tawanan yang ditahan di Jalur Gaza.
Dalam protes mereka, warga Kibbutz membawa poster yang bertuliskan “Kami ingin mereka kembali ke rumah kami di Kfar Aza, bukan di Gaza.” Kfar Aza, sebuah komunitas yang berada dekat dengan perbatasan Gaza, merupakan salah satu daerah yang paling terdampak oleh serangan Hamas ke Israel selatan pada tanggal 7 Oktober.
Tank-Tank Israel Meluncurkan Serangan di Gaza
Tank-tank Israel terlibat dalam “serangan yang ditargetkan” di Gaza utara pada malam sebelumnya. Pernyataan ini dikeluarkan ketika mereka sedang mempersiapkan pasukan untuk melakukan invasi darat ke Gaza.
Militer Israel menyampaikan, “Pada malam sebelumnya, IDF melancarkan serangan yang ditargetkan menggunakan tank di Jalur Gaza utara sebagai bagian dari persiapan untuk tahap pertempuran berikutnya.”
“Mereka mengundurkan pasukan mereka dari wilayah tersebut setelah aktivitas selesai,” tambahnya.
Baca juga: 6 Fakta Iron Dome Israel, Senjata Canggih Lawan Hamas
Jepang Desak Israel Hentikan Serangan
Jepang mengeluarkan desakan kepada Israel untuk menghentikan penembakan di Gaza sehingga bantuan kemanusiaan dapat disalurkan. Permintaan ini diajukan dalam pertemuan antara Menteri Luar Negeri Jepang dan Duta Besar Israel untuk Jepang pada Rabu malam.
Harian Asahi Shimbun melaporkan bahwa sebagai bagian dari usahanya untuk meredakan konflik di Timur Tengah, pemerintah Jepang juga sedang merencanakan pengiriman Menteri Luar Negeri, Yōko Kamikawa, ke Israel dan Yordania pada awal November.
Peringatan dari Putin
Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengungkapkan dalam pertemuan dengan para pemimpin agama Rusia dari berbagai agama bahwa adalah tidak adil jika perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia yang tidak bersalah di Gaza dihukum atas tindakan kejahatan orang lain.
Putin menyatakan, “Tugas utama kita hari ini adalah menghentikan pertumpahan darah dan kekerasan.” Ini berdasarkan transkrip Kremlin.
“Jika tidak, eskalasi krisis ini akan membawa konsekuensi serius dan sangat berbahaya serta dapat merusak. Dan tidak hanya berdampak pada wilayah Timur Tengah, tetapi dapat meluas melewati batas-batas Timur Tengah.”
Pesan Baru Hamas ke Dunia
Kelompok militan Palestina Hamas menyerukan protes di seluruh dunia untuk “menghentikan perang pemusnahan di Gaza”. Termasuk membuka penyeberangan Rafah yang menghubungkan Mesir dan Jalur Gaza.
Dalam sebuah pernyataan yang dilansir NBC News, Hamas meminta masyarakat Arab dan Muslim, serta “rakyat bebas di dunia” untuk “meningkatkan gerakan massa dalam beberapa hari mendatang”. Mereka meminta semua pihak berpartisipasi secara aktif dan intensif pada hari Jumat dan Minggu untuk meneriakkan “Buka penyeberangan Rafah” dan “Hentikan perang pemusnahan di Gaza”.
Demonstrasi untuk mendukung rakyat Palestina telah meletus di seluruh dunia sejak militer Israel menutup Jalur Gaza dari sumber bahan bakar, air, makanan dan bahan bakar Israel, sebagai pembalasan terhadap serangan teror Hamas pada 7 Oktober. Jalur Gaza kini menerima bantuan PBB melalui penyeberangan Rafah.