Selidikinews.com, Jakarta – Penyedia solusi integritas akademik terkemuka, Turnitin, meluncurkan sebuah fitur baru dalam beberapa produknya.
Fitur ini memungkinkan para tenaga pendidik untuk mendeteksi tulisan yang dibuat oleh perangkat generatif kecerdasan buatan (AI), seperti ChatGPT dan Google Bard.
CEO Turnitin Chris Caren mengungkapkan bahwa pihaknya tak merasa terkejut dengan hadirnya beragam perangkat AI generatif yang bisa menghasilkan beragam bentuk tulisan.
Turnitin pun telah mengembangkan fitur pendeteksi tulisan AI sejak dua tahun sebelum ChatGPT diluncurkan.
“Teknologi di balik ChatGPT, Google Bard, dan perangkat menulis AI lain tidak mengejutkan,” lanjut Caren, seperti dilansir TechWire Asia.
Akan tetapi, kemunculan model bahasa GPT-4 dari OpenAI cukup mengejutkan banyak pakar AI dan bahkan Elon Musk.
Mereka bahkan meminta adanya penundaan selama enam bulan untuk proses pengembangan sistem yang lebih canggih dibandingkan GPT-4.
Kehadiran perangkat seperti ChatGPT juga dapat membawa ancaman tersendiri bagi integritas di kalangan akademisi. Alasannya, perangkat ini bisa dengan mudah digunakan untuk menghasilkan tulisan-tulisan akademik di kalangan para pelajar atau mahasiswa.
Untuk membantu para tenaga pendidik menjaga integritas akademik, Turnitin menghadirkan sebuah fitur baru.
Fitur ini mampu membantu tenaga pendidik mendeteksi tulisan para pelajar atau mahasiswa yang mungkin dibuat oleh kecerdasan buatan. Fitur ini juga mampu memberikan wawasan data yang kuat, dapat ditindaklanjuti, dan lintas institusi untuk memperkaya proses pengambilan keputusan bagi tenaga pendidik.
Baca juga: ChatGPT Bikin Cari Kerja Bakal Lebih Susah, Kok Bisa? Ini Bukti Nyatanya
Fitur baru ini hanya bisa ditemukan pada beberapa produk Turnitin. Produk tersebut adalah Turnitin Feedback Studio (TFS), TFS with Originality, Turnitin Originality, Turnitin Similarity, Simcheck, Originality Check, and Originality Check+.
Kemampuan fitur baru ini dalam mendeteksi tulisan yang dibuat oleh perangkat AI generatif memiliki akurasi sebesar 98 persen.
Selain itu, studi dalam lingkup laboratorium terkontrol Turnitin menunjukkan bahwa fitur ini memiliki tingkat positif palsu kurang dari 1 persen.
Baca juga: chatWaduh! 4 Profesi Ini Terancam Digantikan ChatGPT
Terlepas dari akurasi ini, sulit bagi semua pihak untuk bisa mendeteksi tulisan yang dibuat oleh AI dengan akurasi 100 persen. Alasannya, model bahasa berbasis AI memang dirancang untuk menghasilkan tulisan yang tampak seperti tulisan buatan manusia.
“Model ini meniru tulisan yang dibuat oleh manusia,” ujar Prof Muhammad Abdul Mageed dari University of British Columbia.
Terlebih, model-model bahasa berbasis AI terbaru sudah memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menghasilkan tulisan yang mirip dengan tulisan manusia. GPT-4 misalnya, terbukti dapat menunjukkan performa setingkat manusia menurut berbagai tolak ukur profesional dan akademik, meski kemampuan GPT-4 di dunia nyata masih di bawah manusia.
Dalam sebuah simulasi ujian, GPT-4 juga berhasil lulus dalam simulasi ujian dan berhasil masuk ke dalam daftar 10 persen penerima skor terbaik. Pencapaian ini jauh lebih baik dibandingkan GPT-3,5 yang skor ujiannya masuk ke dalam 10 persen terbawah.
Berkaitan dengan tantangan ini, Cares mengungkapkan bahwa Turnitin akan terus beradaptasi dan merespons beragam inovasi dan kemajuan dalam penulisan AI. Mereka juga akan memprioritaskan keamanan para pelajar sekaligus menjawab kebutuhan para tenaga pendidik dan institusi pendidikan.